Teknologi Informasi Tingkatkan Kualitas Pembelajaran

Kembali



JAKARTA, KCM--Rahayu Ningsih sudah 21 tahun mengajar mata pelajaran Kimia SMA. Selama ini yang diajarkan ke siswa hanya materi yang diperolehnya dari beberapa buku teks dan penunjang saja. Tapi sejak mengenal internet, ia sadar banyak sekali sumber informasi yang bisa tersedia di dunia maya untuk menambah ilmu pengetahuan siswa-siswinya.
Sejak 3 tahun lalu, ia pun mulai mengajak anak-anak didiknya mengeksplorasi internet. Sesekali tugas sekolah mengharuskan mereka mengakses beberapa halaman website. Bahkan, informasi-informasi yang dikompilasi diminta dipresentasikan di depan kelas.
"Siswa, saya lihat, sangat senang dan lebih menikmati pelajaran di kelas," ujar Yayuk, panggilan akrab Rahayu yang sekarang mengajar di SMAN 67 Jakarta. Suasana kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi lebih banyak didominasi siswa. Pola pembelajaran di kelas menjadi dua arah, tidak seperti cara konvensional sebelumnya yang hanya dari guru ke siswa.
Dari bahan-bahan yang dicari siswa-siswinya itu pula, Rahayu bisa memilih materi-materi yang menarik untuk dikumpulkan dalam modul belajar mengajar. Tak hanya berupa tulisan, tapi dari internet bisa didapat gambar, bahan, grafik, atau bahkan animasi yang dapat menjelaskan materi pelajaran lebih jelas.
"Sejak mengintegrasikan IT dalam kegiatan mengajar, saya lebih mudah menjelaskan materi kepada siswa, misalnya untuk menjelaskan struktur atom atau molekul yang abstrak, kini bisa divisualisasikan bagaimana susunan sebenarnya," kata Rahayu. Meski mangaku hanya menguasai beberapa aplikasi dasar, kini ia tak lepas dari sebuah laptop dan proyektor untuk mengajar di depan kelas.
Jika Rahayu lebih banyak mengajak siswa-siswinya ikut menyumbang materi pelajaran, Asep Zaenal Rahmat, guru Matematika SMAN 5 Bogor, lebih banyak menyiapkannya sendiri. Kemampuannya menguasai beberapa aplikasi grafis dan pengolahan teks dan gambar membuat dapat menyiapkan 60 materi pelajaran yang interaktif dilengkapi dengan audio dan video. Bahkan beberapa modul yang disusunnya disimpan di sebuah situs yang bebas diunduh siapa saja.
Praktik pembelajaran dengan komputer dan internet dilakukannya sejak tahun 1998. Ia mempelajari berbagai aplikasi komputer secara otodidak semenjak kuliah di Institut Pertanian Bogor.
Transformasi
Pengalamannya mengajar dengan dukungan teknologi informasi juga ditularkan kepada rekan-rekan guru lainnya. Di SMAN 5 Bogor, saat ini sudah ada 3 guru yang memiliki laptop pribadi sebagai sarana mengajar. Sedangkan Yayuk membagi pengalamannya menggunakan teknologi informasi untuk mengajar melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) DKI Jakarta yang dipimpinnya sekarang.
Yayuk dan Asep adalah dua di antara tiga guru yang dikirim ke Philadelphia, Pennsylvania, AS pada 19-11 November 2006 untuk menghadiri World Wide Innovative Teacher Forum. Ketiganya mewakili Indonesia setelah memenangkan Innovative Teacher Competition, bagian Teacher Development Program yang digagas Microsoft.
Sebelumnya, mereka juga dilatih dalam program Peer Coaching yang diikuti sekitar 20 ribu guru dari seluruh Indonesia. Melalui program ini, guru-guru yang terpilih diberi pelatihan menggunakan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan mengajar. Selanjutnya, mereka diharapkan menukarkan pengalamannya kepada guru-guru lainnya.
Program-program tersebut merupakan bagian dari insiatif global Microsoft dalam program Partners in Learning (PIL). Program yang telah dilakukan sejak tahun 2003 terdiri dari program Fresh start, Learning Grant, dan School Agreement.
Melalui Program Fresh Start, Microsoft mendonasikan sistem operasi Windows 2000 dan komputer secara cuma-cuma kepada sekolah yang memenuhi kriteria. Learning Grant yang diwujudkan dalam bentuk training kepada guru antara lain dilaksanakan melalui program Peer Coaching. Sedangkan melalui School Agreement, setiap sekolah diberi penawaran harga pembelian aplikasi Microsoft dengan harga khusus, antara lain tawaran harga lisensi Office dengan harga 2,5 dollar AS untuk setiap komputer setiap tahun.
"Melalui Partners in Learning kami ingin menjembatani kesenjangan digital yang ada di Indonesia terutama di sekolah tingkat menengah dan menengah atas," ujar Ismail Syah, Education Program Manager PT Microsoft Indonesia. Saat ini, sudah ada 8.678 sekolah yang mengikuti program PIL.
Di era digital saat ini, lanjut Ismail, belum banyak yang sadar bahwa teknologi informasi bukanlah sekadar pengganti sistem analog ke digital. Ia mencontohkan, komputer bukan hanya pengganti alat ketik manual, tapi banyak aplikasi yang dapat dijalankan di komputer untuk mendukung kegiatan manusia, termasuk guru untuk mengajar dan siswa untuk belajar.
Dengan teknologi informasi, Asep berangan-angan, kelak para murid bisa menikmati fasilitas internet dan komputer dengan leluasa. Kegiatan belajar mengajar di kelas pun menjadi dua arah, tidak hanya mentransfer ilmu, namun juga kegiatan interaktif dan menciptakan transformasi ilmu. (SUmber: Wah - KOMPAS)

Tidak ada komentar: